Karin merasakan
tubuhnya sakit semua, kepalanya juga terasa sangat sakit. Karin belum sepenuhnya tahu apa yang terjadi
dengannya. Dia memegangi kepalanya dan mengingat ingat kejadian yang barusan
menimpanya. Karin mencoba duduk dari tidurnya dan mulai membuka matanya.
Jantung Karin berdetak cepat, dia sadar jika dia baru saja terpeleset di tangga
dan jatuh kebawah. Tapi kenyataannya
sekarang dia berada di atas tempat tidur di kamarnya. Karin mengerjapkan
matanya, menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Dia merasakan ada
seseorang sedang berada di samping kiri ranjangnya saat ini. Namun Karin tak
mampu membuat kepalanya menoleh ke kanan, dia terlalu takut. Tangannya
gemetaran sambil menutup matanya yang basah karena air mata. Karin benar-benar
ketakutan.
“Putri..?” panggil suara
laki-laki itu. Karin masih tidak berani melepas tangan dari wajahnya. Dan lagi,
kenapa laki-laki ini memanggilnya Putri? Namanya kan Karin.
“ Putri, kau tidak perlu takut
padaku. Aku tidak berniat menyakitimu. Tenanglah Putri lihatlah aku sebentar
saja. “ suara itu sangat lembut dan membuat jantung Karin berdetak lebih
stabil. Karin mengumpulkan keberaniannya untuk melihat sosok yang mengeluarkan
suara se lembut itu. Ya itu memang suara laki-laki tapi Karin yakin dia
benar-benar bukan orang yang Karin kenal. Perlahan gadis itu membuka matanya
dan melihat seseorang yang berada di sampingnya itu.
Cahaya apa ini? Siapa laki-laki ini? Karin berhasil melihat dan
mengamati laki-laki itu sedang berdiri menghadapnya. Lelaki itu tinggi dan tubuhnya
sangat tegap dan bagus. Dan laki-laki itu memakai celana panjang dan kemeja
putih. Dan Oh Tuhan… Dia tampan sekali, benar-benar tampan. Wajahnya bercahaya
dan dia tersenyum kepada Karin, senyum yang sangat menawan. Jantung Karin yang
berdegup cepat sekarang berdegup dua kali lebih cepat dari yang sebelumnya.
Seakan seisi ruangan itu dipenuhi dengan suara degup jantung Karin yang sangat
keras. Karin masih melihat laki-laki tampan yang ada dihadapannya itu.
Sampai-sampai Karin melongo dan hampir meneteskan air liurnya. Laki-laki itu
masih tersenyum manis. Astaga.. dibalik punggungnya ada sayap. Layaknya sayap
burung merpati, putih bersih dan indah. Apakah
ini yang disebut malaikat? Tetapi jika aku bertemu malaikat apa tandanya aku
sudah mati sekarang? Atau ini cuma mimpi? Ya ini pasti mimpi.
Plak!Plak!Plak!
Karin menampar pipinya sendiri berharap dia bangun dari mimpi yang sebenarnya
indah itu. Tapi setelah ia membuka mata dia masih melihat lelaki tampan itu.
Itu tandanya bukan mimpi. Ini sungguhan. Kenyataan!
“ Putri ? Kenapa kau menyakiti
dirimu sendiri? Jangan lakukan itu lagi Putri .” larang laki-laki itu kepada
Karin sambil menggenggam tangan Karin menjauhkannya dari pipi Karin yang
bersemu merah. Warna merah itu gabungan antara hasil dari dia menampar pipinya
dan menahan rasa malu karena ada seseorang laki-laki tampan yang menggenggam
tangannya. Jantungnya berdebar kencang lagi.
“ Kau.. Siapa? Kenapa kau ada di
rumahku?” Tanya Karin dengan suaranya yang bergetar karena gugup. Laki-laki itu
tersenyum lalu menjabat tangan Karin.
“ Perkenalkan namaku Darlo, aku
malaikat yang bertugas menjagamu Putri. Tuhan mengirimku kemari untuk menjagamu
sepanjang hari.” Jelas laki-laki yang mengaku dirinya malaikat itu sambil
tersenyum lebar.
Malaikat Penjaga? Yang benar saja. Memangnya
sekarang aku berada di dunia khayalan apa? Tapi tunggu, tadi pagi Karin
memimpikan hal ini. Ada suara yang
sangat lantang memberitahunya bahwa dia akan mengirim seseorang untuk menjaga
Karin.
“
Jangan jangan mimpi semalam itu..” Karin menggantungkan kalimatnya.
“
Wah jadi pesannya sudah diterima oleh Putri? Baguslah kalau begitu aku tidak
perlu menjelaskan dengan detail kepadamu.” Kata Darlo.
“
Tunggu , pesan apa yang kau maksud?”
“
Mimpi Putri semalam, itu pesan yang di berikan Tuhan untuk Putri. Tuhan
menyampaikannya melalui mimpi. “ jelas Darlo dengan baik.
“
Oh jadi begitu.. “ Karin mulai paham akan keadaannya, namun masih banyak
pertanyaan memenuhi otaknya. Karin memandang Darlo, dan Darlo masih memasang
senyum manis di wajah tampannya. Jadi aku
punya malaikat penjaga? Karin berpikir keras, membuat raut wajahnya
berubah.
“
Ada apa Putri? Apakah ada sesuatu yang mengganjal dihatimu? Katakan saja
padaku, mungkin aku bisa membantumu.” Tanya Darlo sambil membungkukkan
badannya.
“
Apa ini semua sungguhan? Emm maksudku.. kau nyata? Atau ini semua hanya
khayalanku saja? Bagaimana bisa aku memiliki seorang malaikat penjaga? Kenapa
hanya aku yang punya? Dan bagaimana jika orang bertanya siapa kau nanti saat
mereka tau keberadaanmu, lalu..”
“
Hahahaha.. tenang Putri. Begini..” Darlo duduk diatas ranjang Karin dan
menghela nafasnya.
Karin
menunggu dengan penasaran. Duduknya dibuat senyaman mungkin sambil menunggu
Darlo menjawab pertanyaannya.
“
Putri dan aku adalah makhluk istimewa yang diciptakan oleh Tuhan. Didunia ini
ada beberapa manusia yang diberikan anugerah seorang malaikat penjaga. Mungkin kurang lebih ada 10 manusia
di seluruh dunia dan Putri memiliki
anugerah tersebut. Dan aku adalah malaikat yang special juga, karena ada
seseorang manusia yang bisa melihat keberadaanku di bumi yaitu Putri. Tak ada
seorangpun yang dapat melihatku, kecuali kau Putri. Jadi kau tidak perlu cemas,
jika kau sedang bersama seseorang dan kau bisa melihatku dengan jelas .. tenang
saja dia tidak bisa melihatku.” Jawab Darlo dengan santai.
“
emmm begitu. Lalu hari ini kau akan tidur dimana?” Tanya Karin polos
“
Hahahahahaha.. Putri putri.. aku bebas. Aku tidak diciptakan untuk tidur Putri.
Aku tidak bisa lelah ataupun mengantuk.”
“
Jadi apa kau akan 24 jam berada disampingku seperti ini?” Tanya Karin penasaran
“
Aku akan datang saat Putri butuh bantuan atau disaat Putri dalam bahaya. Aku
akan menolong Putri dengan kehendak Tuhan. Jika Tuhan tidak menghendaki, aku
tidak akan menggunakan kekuatanku untuk membantumu. Jadi aku akan membantu
untuk sesuatu yang baik bukan untuk sesuatu yang buruk. Putri paham kan
maksudku?” kata Darlo sambil menatap Karin.
“
Yah baguslah.. setidaknya aku memiliki privasi untuk ke kamar mandi atau tidur
. “ sahut Karin sambil menghela nafas. Darlo yang mendengar ucapan Karin hanya
tersipu malu.
Tiba-tiba
terdengar nada dering ponsel Karin. Dia mencari dari mana suara itu berasal,
dan Karin mendapatinya di balik selimutnya. Dia melihat sekilas nomor telepon
yang tidak dikenalinya. Karin menyentuh icon jawab di ponsel dan menempelkan
benda itu ke telinganya.
Karin : “ Halo. Siapa ini?
Penelpon : “ Karin, Ini aku Bela. Maaf aku
menggunakan ponsel ibuku untuk
Menelponmu. Pulsaku habis.
Karin : “ Oh ternyata kau Bela, aku
kira siapa. Ada apa Bela? Pagi-pagi begini
kau sudah meneleponku?”
Bela :
“ Hehehe.. iya iya maafkan aku. Begini aku baru saja dihubungi oleh
Clara, dia mengajak kita untuk pergi
bersama ke mall.
Karin : “ mmm…”
Bela : “Ah sudahlah, aku tahu
jawabanmu pasti tidak ,ya kan? Pasti
alasanmu adalah ‘ Aduh.. maafkan aku Bela aku
tidak bisa ikut,
Mamaku tidak memperbolehkan aku untuk pergi ke mall ’ . Begitu kan
yang akan kau bilang padaku? Aku sudah hafal
, aku menelponmu
bukan untuk mengajakmu sebenarnya. Karna
aku juga sudah tahu jika
kau akan menjawab seperti itu. Hanya saja
kau selalu menyuruhku
bilang kepadamu kemana aku akan pergi
bersama teman-teman,
makanya aku menelponmu.
Karin : “ Sudah cukup mengomelnya? Bukan
begitu aku tadi berpikir baju apa
yang akan aku gunakan untuk ke mall?”
Bela :
“ Hah?! Kau serius? Wah ini suatu keajaiban Tuhan. Bagaimana kau
bisa diizinkan keluar rumah minggu –
minggu begini?”
Karin : “ Nanti saja aku ceritakan
padamu disana.”
Bela : “ Baiklah . Sampai ketemu
disana jam 11, dandan yang cantik ya.
Karena Jimy akan ikut juga. See you !”
Sambungan telepon diputuskan. Tangan
Karin memegang dadanya dimana tempat jantungnya yang tiba – tiba berdegup cepat
saat Bela menyebut nama Jimy. Bibirnya tersenyum dan kepalanya mendongak keatas
menatap langit-langit kamarnya yang bergambar awan. Karin membayangkan
bagaimana serunya pergi ke mall bersama Jimy meskipun tidak pergi berdua. Karin
lupa jika ada yang menatapnya dengan bingung.
“ Ada apa Putri? Siapa yang
meneleponmu barusan?” Tanya Darlo. Pertanyaan Darlo justru membuat Karin
semakin bingung.
“ Ba..bagaimana kau tahu kalau ini
tadi adalah telepon? Bukannya kau berasal dari langit? Seharusnya kau tidak
tahu alat apa ini dan apa fungsinya kan?” Tanya Karin penasaran.
“ Aku kan sudah bilang Putri, aku
adalah malaikat yang istimewa. Aku berbeda dengan malaikat lainnya. Dan yang
pasti aku jauh lebih pintar daripada teman-temanku disana.” Jawab Darlo
menyombongkan diri.
“ Benarkah itu?”
“ Tentu saja Putri? Disana kami juga
belajar. Kami juga mempelajari apa yang sudah di temukan oleh manusia seiring
perkembangan zaman di bumi. Kami harus tahu itu semua, Putri. “
“
Hehe.. aku kan tidak begitu paham dengan masalah ‘kemalaikatan’mu itu.
Aku akan pergi ke mall bersama teman – temanku.” Kata Karin seraya bangkit dari
ranjangnya dan berjalan menuju cermin besar. Karin mematut wajahnya sambil
memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada satupun jerawat
di wajahnya yang licin itu. Dia berpikir dia harus tampil cantik dihadapan Jimy
nanti. Karin butuh mandi dengan sabun susu milik Mama, menggunakan body lotion
favoritnya, pelembab, bedak tabur, eyeliner, dan lip balm merah muda. Yah
sepertinya semua itu cukup untuk tampilan simple bertemu dengan Jimy. Seseorang
yang menurutnya sangat sempurna, ya sempurna di mata Karin.
Gadis itu menyukai Jimy saat mereka
berdua berada di kelas yang sama pada kelas 11. Dan betapa senangnya Karin saat
dia tahu dia satu kelas lagi dengan Jimy. Jimy laki-laki yang baik, dia sopan
dan juga pintar. Jimy juga memiliki wajah yang imut, dia juga mudah bergaul dan
tidak sedikit juga yang diam-diam naksir padanya. Sebenarnya Karin dulu sempat
menyerah untuk menyukai Jimy karena dia merasa tersaingi oleh gadis-gadis yang
jauh lebih dekat dengan Jimy, tetapi disaat yang tak terduga Jimy justru mulai
menunjukkan sikap manisnya kepada Karin. Seperti mengajak Karin se-payung
dengannya saat hujan, ikut duduk di meja yang sama saat di kantin atau terkadang
mengirim email dengan kata-kata yang dapat membuat Karin tersenyum bahagia.
Karin mengambil handuk lalu berjalan
menuju kamar mandi, dia menghentikan langkahnya dan memutar badannya.
“ em.. kau siapa namamu tadi ?”
Tanya Karin sambil garuk-garuk kepala. Malaikat itu berdiri dari ranjang dan
menatap Karin.
“ Darlo, namaku Darlo.. Putri.”
“ Oh iya, Darlo tolong kau keluar
dulu dari kamarku ya. Aku mau mandi dan ganti baju. Jadi tolong kau keluar dulu
ya.” Pinta Karin butuh privasi.
“ Baik Putri.” Jawab Darlo lalu
badannya tiba – tiba berkilau dan sayapnya mengembang. Tubuhnya menjadi ringan
dan mulai naik perlahan lalu menghilang di langit – langit kamar. Dia terbang
dan lenyap begitu saja. Ya aku sekarang
percaya jika dia memang malaikat.
(^_^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar