Rabu, 10 Juni 2015

Darlo 02



Karin merasakan tubuhnya sakit semua, kepalanya juga terasa sangat sakit. Karin  belum sepenuhnya tahu apa yang terjadi dengannya. Dia memegangi kepalanya dan mengingat ingat kejadian yang barusan menimpanya. Karin mencoba duduk dari tidurnya dan mulai membuka matanya. Jantung Karin berdetak cepat, dia sadar jika dia baru saja terpeleset di tangga dan jatuh kebawah.  Tapi kenyataannya sekarang dia berada di atas tempat tidur di kamarnya. Karin mengerjapkan matanya, menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Dia merasakan ada seseorang sedang berada di samping kiri ranjangnya saat ini. Namun Karin tak mampu membuat kepalanya menoleh ke kanan, dia terlalu takut. Tangannya gemetaran sambil menutup matanya yang basah karena air mata. Karin benar-benar ketakutan.
                “Putri..?” panggil suara laki-laki itu. Karin masih tidak berani melepas tangan dari wajahnya. Dan lagi, kenapa laki-laki ini memanggilnya Putri? Namanya kan Karin.
                “ Putri, kau tidak perlu takut padaku. Aku tidak berniat menyakitimu. Tenanglah Putri lihatlah aku sebentar saja. “ suara itu sangat lembut dan membuat jantung Karin berdetak lebih stabil. Karin mengumpulkan keberaniannya untuk melihat sosok yang mengeluarkan suara se lembut itu. Ya itu memang suara laki-laki tapi Karin yakin dia benar-benar bukan orang yang Karin kenal. Perlahan gadis itu membuka matanya dan melihat seseorang yang berada di sampingnya itu.
                Cahaya apa ini? Siapa laki-laki ini? Karin berhasil melihat dan mengamati laki-laki itu sedang berdiri menghadapnya. Lelaki itu tinggi dan tubuhnya sangat tegap dan bagus. Dan laki-laki itu memakai celana panjang dan kemeja putih. Dan Oh Tuhan… Dia tampan sekali, benar-benar tampan. Wajahnya bercahaya dan dia tersenyum kepada Karin, senyum yang sangat menawan. Jantung Karin yang berdegup cepat sekarang berdegup dua kali lebih cepat dari yang sebelumnya. Seakan seisi ruangan itu dipenuhi dengan suara degup jantung Karin yang sangat keras. Karin masih melihat laki-laki tampan yang ada dihadapannya itu. Sampai-sampai Karin melongo dan hampir meneteskan air liurnya. Laki-laki itu masih tersenyum manis. Astaga.. dibalik punggungnya ada sayap. Layaknya sayap burung merpati, putih bersih dan indah. Apakah ini yang disebut malaikat? Tetapi jika aku bertemu malaikat apa tandanya aku sudah mati sekarang? Atau ini cuma mimpi? Ya ini pasti mimpi.
                Plak!Plak!Plak! Karin menampar pipinya sendiri berharap dia bangun dari mimpi yang sebenarnya indah itu. Tapi setelah ia membuka mata dia masih melihat lelaki tampan itu. Itu tandanya bukan mimpi. Ini sungguhan. Kenyataan!
                “ Putri ? Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri? Jangan lakukan itu lagi Putri .” larang laki-laki itu kepada Karin sambil menggenggam tangan Karin menjauhkannya dari pipi Karin yang bersemu merah. Warna merah itu gabungan antara hasil dari dia menampar pipinya dan menahan rasa malu karena ada seseorang laki-laki tampan yang menggenggam tangannya. Jantungnya berdebar kencang lagi.
                “ Kau.. Siapa? Kenapa kau ada di rumahku?” Tanya Karin dengan suaranya yang bergetar karena gugup. Laki-laki itu tersenyum lalu menjabat tangan Karin.
                “ Perkenalkan namaku Darlo, aku malaikat yang bertugas menjagamu Putri. Tuhan mengirimku kemari untuk menjagamu sepanjang hari.” Jelas laki-laki yang mengaku dirinya malaikat itu sambil tersenyum lebar.
Malaikat Penjaga? Yang benar saja. Memangnya sekarang aku berada di dunia khayalan apa? Tapi tunggu, tadi pagi Karin memimpikan hal ini. Ada suara  yang sangat lantang memberitahunya bahwa dia akan mengirim seseorang untuk menjaga Karin.
“ Jangan jangan mimpi semalam itu..” Karin menggantungkan kalimatnya.
“ Wah jadi pesannya sudah diterima oleh Putri? Baguslah kalau begitu aku tidak perlu menjelaskan dengan detail kepadamu.” Kata Darlo.
“ Tunggu , pesan apa yang kau maksud?”
“ Mimpi Putri semalam, itu pesan yang di berikan Tuhan untuk Putri. Tuhan menyampaikannya melalui mimpi. “ jelas Darlo dengan baik.
“ Oh jadi begitu.. “ Karin mulai paham akan keadaannya, namun masih banyak pertanyaan memenuhi otaknya. Karin memandang Darlo, dan Darlo masih memasang senyum manis di wajah tampannya. Jadi aku punya malaikat penjaga? Karin berpikir keras, membuat raut wajahnya berubah.
“ Ada apa Putri? Apakah ada sesuatu yang mengganjal dihatimu? Katakan saja padaku, mungkin aku bisa membantumu.” Tanya Darlo sambil membungkukkan badannya.
“ Apa ini semua sungguhan? Emm maksudku.. kau nyata? Atau ini semua hanya khayalanku saja? Bagaimana bisa aku memiliki seorang malaikat penjaga? Kenapa hanya aku yang punya? Dan bagaimana jika orang bertanya siapa kau nanti saat mereka tau keberadaanmu, lalu..”
“ Hahahaha.. tenang Putri. Begini..” Darlo duduk diatas ranjang Karin dan menghela nafasnya.
Karin menunggu dengan penasaran. Duduknya dibuat senyaman mungkin sambil menunggu Darlo menjawab pertanyaannya.
“ Putri dan aku adalah makhluk istimewa yang diciptakan oleh Tuhan. Didunia ini ada beberapa manusia yang diberikan anugerah seorang  malaikat penjaga. Mungkin kurang lebih ada 10 manusia di seluruh dunia  dan Putri memiliki anugerah tersebut. Dan aku adalah malaikat yang special juga, karena ada seseorang manusia yang bisa melihat keberadaanku di bumi yaitu Putri. Tak ada seorangpun yang dapat melihatku, kecuali kau Putri. Jadi kau tidak perlu cemas, jika kau sedang bersama seseorang dan kau bisa melihatku dengan jelas .. tenang saja dia tidak bisa melihatku.” Jawab Darlo dengan santai.
“ emmm begitu. Lalu hari ini kau akan tidur dimana?” Tanya Karin polos
“ Hahahahahaha.. Putri putri.. aku bebas. Aku tidak diciptakan untuk tidur Putri. Aku tidak bisa lelah ataupun mengantuk.”
“ Jadi apa kau akan 24 jam berada disampingku seperti ini?” Tanya Karin penasaran
“ Aku akan datang saat Putri butuh bantuan atau disaat Putri dalam bahaya. Aku akan menolong Putri dengan kehendak Tuhan. Jika Tuhan tidak menghendaki, aku tidak akan menggunakan kekuatanku untuk membantumu. Jadi aku akan membantu untuk sesuatu yang baik bukan untuk sesuatu yang buruk. Putri paham kan maksudku?” kata Darlo sambil menatap Karin.
“ Yah baguslah.. setidaknya aku memiliki privasi untuk ke kamar mandi atau tidur . “ sahut Karin sambil menghela nafas. Darlo yang mendengar ucapan Karin hanya tersipu malu.
Tiba-tiba terdengar nada dering ponsel Karin. Dia mencari dari mana suara itu berasal, dan Karin mendapatinya di balik selimutnya. Dia melihat sekilas nomor telepon yang tidak dikenalinya. Karin menyentuh icon jawab di ponsel dan menempelkan benda itu ke telinganya.
Karin                                  : “ Halo. Siapa ini?
Penelpon                            : “ Karin, Ini aku Bela. Maaf aku menggunakan ponsel ibuku untuk
                                              Menelponmu. Pulsaku habis.
Karin                                 : “ Oh ternyata kau Bela, aku kira siapa. Ada apa Bela? Pagi-pagi begini
                                              kau sudah meneleponku?”
Bela                                   : “ Hehehe.. iya iya maafkan aku. Begini aku baru saja dihubungi oleh
                                              Clara, dia mengajak kita untuk pergi bersama ke mall.  
Karin                                  : “ mmm…”
Bela                                    : “Ah sudahlah, aku tahu jawabanmu pasti tidak ,ya kan? Pasti
                                              alasanmu adalah ‘ Aduh.. maafkan aku Bela aku tidak bisa ikut, 
                                              Mamaku tidak memperbolehkan aku untuk pergi ke mall ’ . Begitu kan
                                              yang akan kau bilang padaku? Aku sudah hafal , aku menelponmu
                                              bukan untuk mengajakmu sebenarnya. Karna aku juga sudah tahu jika
                                              kau akan menjawab seperti itu. Hanya saja kau selalu menyuruhku
                                              bilang kepadamu kemana aku akan pergi bersama teman-teman,
                                              makanya aku menelponmu.
Karin                                   : “ Sudah cukup mengomelnya? Bukan begitu aku tadi berpikir baju apa
                                                yang akan aku gunakan untuk ke mall?”
Bela                                    : “ Hah?! Kau serius? Wah ini suatu keajaiban Tuhan. Bagaimana kau
                                               bisa diizinkan keluar rumah minggu – minggu begini?”
Karin                                  : “ Nanti saja aku ceritakan padamu disana.”
Bela                                   : “ Baiklah . Sampai ketemu disana jam 11, dandan yang cantik ya.
                                              Karena Jimy  akan ikut juga. See you !”
Sambungan telepon diputuskan. Tangan Karin memegang dadanya dimana tempat jantungnya yang tiba – tiba berdegup cepat saat Bela menyebut nama Jimy. Bibirnya tersenyum dan kepalanya mendongak keatas menatap langit-langit kamarnya yang bergambar awan. Karin membayangkan bagaimana serunya pergi ke mall bersama Jimy meskipun tidak pergi berdua. Karin lupa jika ada yang menatapnya dengan bingung.
“ Ada apa Putri? Siapa yang meneleponmu barusan?” Tanya Darlo. Pertanyaan Darlo justru membuat Karin semakin bingung.
“ Ba..bagaimana kau tahu kalau ini tadi adalah telepon? Bukannya kau berasal dari langit? Seharusnya kau tidak tahu alat apa ini dan apa fungsinya kan?” Tanya Karin penasaran.
“ Aku kan sudah bilang Putri, aku adalah malaikat yang istimewa. Aku berbeda dengan malaikat lainnya. Dan yang pasti aku jauh lebih pintar daripada teman-temanku disana.” Jawab Darlo menyombongkan diri.
“ Benarkah itu?”
“ Tentu saja Putri? Disana kami juga belajar. Kami juga mempelajari apa yang sudah di temukan oleh manusia seiring perkembangan zaman di bumi. Kami harus tahu itu semua, Putri. “
  Hehe.. aku kan tidak begitu paham dengan masalah ‘kemalaikatan’mu itu. Aku akan pergi ke mall bersama teman – temanku.” Kata Karin seraya bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju cermin besar. Karin mematut wajahnya sambil memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada satupun jerawat di wajahnya yang licin itu. Dia berpikir dia harus tampil cantik dihadapan Jimy nanti. Karin butuh mandi dengan sabun susu milik Mama, menggunakan body lotion favoritnya, pelembab, bedak tabur, eyeliner, dan lip balm merah muda. Yah sepertinya semua itu cukup untuk tampilan simple bertemu dengan Jimy. Seseorang yang menurutnya sangat sempurna, ya sempurna di mata Karin.
Gadis itu menyukai Jimy saat mereka berdua berada di kelas yang sama pada kelas 11. Dan betapa senangnya Karin saat dia tahu dia satu kelas lagi dengan Jimy. Jimy laki-laki yang baik, dia sopan dan juga pintar. Jimy juga memiliki wajah yang imut, dia juga mudah bergaul dan tidak sedikit juga yang diam-diam naksir padanya. Sebenarnya Karin dulu sempat menyerah untuk menyukai Jimy karena dia merasa tersaingi oleh gadis-gadis yang jauh lebih dekat dengan Jimy, tetapi disaat yang tak terduga Jimy justru mulai menunjukkan sikap manisnya kepada Karin. Seperti mengajak Karin se-payung dengannya saat hujan, ikut duduk di meja yang sama saat di kantin atau terkadang mengirim email dengan kata-kata yang dapat membuat Karin tersenyum bahagia.
Karin mengambil handuk lalu berjalan menuju kamar mandi, dia menghentikan langkahnya dan memutar badannya.
“ em.. kau siapa namamu tadi ?” Tanya Karin sambil garuk-garuk kepala. Malaikat itu berdiri dari ranjang dan menatap Karin.
“ Darlo, namaku Darlo.. Putri.”
“ Oh iya, Darlo tolong kau keluar dulu dari kamarku ya. Aku mau mandi dan ganti baju. Jadi tolong kau keluar dulu ya.” Pinta Karin butuh privasi.
“ Baik Putri.” Jawab Darlo lalu badannya tiba – tiba berkilau dan sayapnya mengembang. Tubuhnya menjadi ringan dan mulai naik perlahan lalu menghilang di langit – langit kamar. Dia terbang dan lenyap begitu saja. Ya aku sekarang percaya jika dia memang malaikat.
(^_^)

Kamis, 04 Juni 2015

DIA ( Seseorang yang telah menghilang begitu saja dari pandanganku )

Mencoba mengingatnya kembali, hanya itu yang bisa ku lakukan saat ini. Membayangkan wajahnya yang dulu selalu menghiasi hari-hariku. Dia.
Terkadang aku hampir lupa wajahnya karena sudah bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu lagi. Tapi saat aku menutup mataku, Dia sangat terpampang jelas dalam ingatanku. Aku ingin melihatnya sekali lagi.
Jujur, dia memang bukan siapa-siapaku,bukan kekasih maupun sahabat. namun dia memiliki tempat yang khusus di hatiku. Sebuah ruangan kecil tertutup yang terang dan sejuk, tak ada yang bisa menempatinya kecuali Dia.
Aku sangat senang melihatnya, mendengarnya berbicara, membuat lelucon untukku yang sebenarnya tidak benar-benar lucu. Sampai lama kelamaan rasa ini butuh kepastian. Aku ingin tau bagaimana perasaannya terhadapku.
Dia adalah orang yang paling tertutup yang pernah kukenal, manusia paling kuno sampai-sampai dia tidak pernah menggunakan sosial media atau apapun di internet selain tugasnya. Entahlah awalnya aku bersikap biasa saja dengan perilakunya terhadap hal - hal yang baru, seperti sosial media , internet dan yang lainnya. Tapi akhirnya aku sadar dengannya yang seperti itu aku tidak bisa mencarinya dimana pun.

Waktu yang menjawab, terakhir kali aku bertemu dia, saat aku sedang berada di ruang guru untuk mengambil ijazahku. Dia menghampiriku , menepuk bahuku , tersenyum lalu pergi. Aku melihatnya tanpa berkedip, rasanya seperti ada perasaan, itu adalah pertemuan terakhirku bersamanya.
Dan benar saja, sampai saat ini pun mendengar kabarnya dari teman-teman saja aku tak pernah. Apa hanya aku yang merasakan ini? Apa teman-temanku yang lain tidak?
Aku mencoba mencarinya di internet, facebook, sampai-sampai aku mengoogle namanya pun, hasilnya tetap nihil. Kadang aku marah, Apa cuma dia satu-satunya orang di dunia ini yang buta akan kemajuan teknologi?

Entahlah.. Aku sudah lelah mencari sosoknya yang tak kunjung aku temukan.
Kini aku hanya bisa mengenangmu, dan semoga aku bisa bertemu lagi denganmu.
Suatu saat nanti.

Selasa, 20 Januari 2015

Darlo 01 ( siapa kau? )

                Kau perlu seseorang untuk menjagamu
                Menjagaku ? Memangnya ada apa denganku?
                Ada sesuatu yang berbeda pada dirimu. Tapi aku tak bisa menjelaskannya  padamu.
                Ah.. aneh sekali. Lalu kau sendiri siapa? Aku saja tidak mengenalmu.
                Sudahlah aku akan mengirim seseorang untuk menjagamu.
                Hei hei tunggu dulu jangan pergi begitu saja , kau yang membawaku kemari.. Hei !
                Aaaaaaaaaaaahhhhh……!!!!!!

                “Aduh! Kepalaku sakit sekali. Apa yang terjadi?” Karin pelan-pelan membuka matanya. Dengan sangat berhati-hati melihat apa yang ada dihadapannya.
                Tidak ada apa-apa. Tapi kenapa sepertinya ada yang memandangi diriku. Ah sudahlah. Karin  bergegas bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Gadis itu membasuh wajah dan gosok gigi, tiba-tiba pikirannya jadi tidak enak karena mimpi yang baru saja menimpa dirinya. Mimpi macam apa itu. Ini hari Minggu, padahal Karin punya niat untuk bangun agak siang, tapi gara-gara mimpi sial itu Karin terbangun.
                “  Karinaaa.. Karinaaaa… turunlah kemari !” panggil Mama dari bawah mengagetkan Karin yang sedang menggosok gigi. Dengan setengah berteriak dia membalas panggilan mamanya.
                “ Iya Ma.. sebentar..!”  Karin masih menyelesaikan cuci mukanya, lalu bergegas keluar kamar untuk menemui Mama. Gadis itu berjalan menuruni anak tangga yang lumayan jauh. Mama Karin sedang berada di kamarnya menata baju-bajunya untuk di masukkan ke dalam koper. Mama akan pergi keluar kota bersama Papa untuk urusan pekerjaan. Mereka berdua bekerja bersama. Sedangkan Karin adalah anak satu-satunya di keluarga itu.
                Karin menemui wanita cantik paruh baya itu, dan menggandeng tangannya. Mama yang melihat tingkah Karin segera mengusap rambut lurus anaknya itu. Mata Karin melihat-lihat semua barang yang akan di bawa Mama ke luar kota tergeletak di atas tempat tidur mama. Mulai dari pakaian, jaket, perlengkapan mandi, dan berkas-berkas pekerjaan Mama. Sepertinya Mama akan pergi lumayan lama, banyak sekali pakaian yang di bawa.

                “ Berapa lama Mama akan menginap?”
                “ Kurang lebih satu minggu, memangnya ada apa? Kau tidak keberatan kan tinggal sendirian dalam  seminggu ini? “ Tanya mama agak khawatir.
                “ Jelas tidak lah ma, apa yang harus aku takutkan? Tidak ada hantu dirumah ini. Sudahlah Mama tidak perlu mencemaskanku, aku kan anak mu yang paling pemberani.” Kata Karin sambil berkacak pinggang.
                “ Baiklah kalau begitu, Mama juga sudah membelikan semua kebutuhan untuk satu minggu kedepan jadi kau tidak perlu ke supermarket untuk membeli lagi.”
                “Jadi, Mama sudah belanja? Seharusnya Mama tidak usah belanja, aku kan ingin membeli barang-barang sendiri ke supermarket. “
                “ Tidak boleh ! Bahaya jika kau pergi sendiri kesana. “ larang Mama pada gadis polos itu. Karin  hanya cemberut melihat sikap Mamanya. Ya, Mama Karin memang over protektif kepadanya saat dia masih kecil sampai kini di usianya yang akan menginjak 17 tahun. Kadang Karin merasa iri kepada teman-temannya yang bisa keluar rumah, pergi bersama kapan saja. Sementara Karin harus dirumah membayangkan mereka disana sedang bersenang-senang, dan besoknya di sekolah Karin seperti wartawan yang sangat intens menanyakan setiap aktivitas yang temannya lakukan tanpa dirinya.
                “ Jangan lupa 2 hari sekali Bibi Jo akan datang kemari untuk membersihkan rumah. “ tambah Mama
                “ Baik .” jawab Karin malas-malasan
                “ Sayang, kau sudah siap? Waktunya kita berangkat ! “ suara Papa menyadarkan mereka berdua.
                “ Sudah. Karin.. Mama dan Papa berangkat dulu ya, kamu hati-hati di rumah.” Kata Mama sambil mengusap bahu Karin dengan cepat. Dan mereka semua berjalan menuju halaman rumah tempat Papa memarkir mobilnya.
                “ Iya Ma,Pa hati-hati di jalan.” Teriak Karin saat melihat Mama dan Papanya masuk ke dalam mobil. Mobil sedan putih itu mulai bergerak perlahan meninggalkan halaman rumah Karin yang luas. Di dalam mobil masih terlihat Mama melambaikan tangannya ke arah Karin. Dan akhirnya mereka semakin menjauh dari pandangan Karin dan lenyap di persimpangan. Itu artinya Karin sendirian di rumah.
                Karin melangkahkan kakinya ke arah pagar besi tinggi dan mendorongnya ke samping untuk menutup dan menguncinya. Hari ini dia bisa bersantai dirumah dengan puas. Sudah dari kemarin dia merencanakan apa yang akan dilakukannya dirumah sendirian. Mungkin Karin akan memutar CD favoritnya yang berisi kumpulan lagu-lagu K-Pop sambil menari di depan layar televisi, membuat masakan hasil eksperimen yang sudah pasti setelah Karin mencicipinya akan dia muntahkan, atau bermain alat make up Mama yang di simpan dirumah lalu memotret wajahnya sendiri dan meng-uploadnya di media social.
                Karin menutup pintu rumahnya perlahan. Dan.. Zzzzzzrrrrrrrrrtt…!!! Dia menoleh dengan cepat. Suara apa itu tadi? Tak ada siapapun. Mungkin hanya angin. Karin membatin sambil melirik kanan kiri, dia tidak pernah bertingkah seperti ini dirumah walau se-sepi apapun keadaan rumahnya. Memang  dari tadi pagi Karin merasa ada yang aneh dengan sekitarnya. Seakan ada yang mengikutinya diam-diam.
Zrrrrrrrrrrrrrrrttt…! Suara itu terdengar lagi. Karin semakin panik, dia melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju tangga dan dia mulai menaikinya dengan dengan tergesa-gesa. Karin takut suara aneh itu datang kembali. Karin mempercepat langkahnya menaikki anak tangga yang cukup banyak. Dan…
                “ Putri….?? “
Hah ! Karin sontak kaget mendengar suara laki-laki ada di rumahnya. Dia menutup matanya rapat-rapat sambil memegang kuat besi pegangan tangga. Suara itu berasal dari atas. Karin tak berani mendongak ataupun melihatnya. Dia takut jika itu benar-benar hantu atau seseorang yang ingin menjahatinya. Karin mengatur nafasnya dan memberanikan diri untuk membuka mata pelan-pelan. Dia mulai melihat samping kanan dan kirinya. Tak ada apapun. Lalu mencoba untuk melihat kebawah, juga tak ada siapapun. Dan pada akhirnya Karin mengangkat kepalanya keatas. Dan dia melihat cahaya yang terang sekali disana.
                “ Putri? Kau tidak apa-apa?” Suara itu, suara laki-laki itu membuat hatinya jengkel sekaligus ketakutan. Siapa dia berani-beraninya ada di dalam rumahku. Karin menyipitkankan matanya untuk melihat lebih jelas siapa orang dibalik kemilau cahaya itu. Samar-samar dia melihat bayangan laki-laki sedang berdiri tegak melihat kearahnya. Tunggu siapa dia? Lelaki itu memakai baju serba putih, tapi Karin belum bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. Karin memundurkan kakinya dia gemetaran. Sekujur tubuhnya kaku melihat seseorang yang aneh tiba-tiba muncul dihandapannya. Karin ingin turun dan berlari mencari pertolongan di luar rumah sebelum… Sreet ! Bugh ! Karin terpeleset dan pingsan. 

~ to be continued ~ :v