Sudah lama, setelah aku memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan siapapun ternyata aku akhirnya merasa kesepian. Aku mencoba untuk membuka hatiku kembali untuk seseorang. Laki-laki ini belum pernah aku lihat, hanya fotonya saja. Dan hampir setiap hari kami saling menelpon, untuk sekedar bertanya " sedang apa?". Kami sudah hampir 3 bulan berkomunikasi lewat sosial media, yang terkadang terganggu masalah sinyal :v. Tapi kami tetap berusaha agar komunikasi ini tidak terlepas. Dia pria yang baik, ya memang aku belum pernah bertemu secara langsung dengannya tapi, aku yakin dia orang yang baik. Dia selalu memberiku semangat, nasehat, kadang juga menggodaku. Entahlah, dia tidak pernah membosankan, selalu saja ada topik untuk dibicarakan dengannya. Kami seperti kawan yang sudah lama tak bertemu.. hehe. Akhir-akhir ini, perasaanku semakin lama semakin kacau. Sesekali aku cemburu dengan wanita yang dekat dengannya, yang bisa
melihat dia, berbicara langsung dengannya, melihatnya tertawa,
mendengarnya bercerita. Tapi aku bisa apa?Aku tidak tahu sebenarnya ini perasaan apa? kagum, suka, rasa sayang kepada seorang kakak, atau mungkin cinta? Kadang aku membodoh-bodohi diriku sendiri, bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan laki-laki yang sekalipun belum pernah aku temui. Itu semua hanya omong kosong, mungkin aku hanya terlalu kesepian . jadi hati dan pikiranku belum bisa menerka, perasaan apa ini sebenarnya. Jarak ini yang ingin aku hapus, tapi belum tentu saat bertemu dengan dia , kami tetap bisa se-seru ini. Aku selalu berdoa, jika dia memang untukku aku mohon mudahkan hubungan kami, tapi jika bukan, jauhkanlah kami namun jangan sampai Engkau menyakiti hatinya. Dia pria yang baik, dan semoga dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Amin
Marchel Herdiant
Cerita Fiksi Pendek tentang Keluarga, Persahabatan dan Cinta...
Jumat, 15 Juli 2016
Rabu, 10 Juni 2015
Darlo 02
Karin merasakan
tubuhnya sakit semua, kepalanya juga terasa sangat sakit. Karin belum sepenuhnya tahu apa yang terjadi
dengannya. Dia memegangi kepalanya dan mengingat ingat kejadian yang barusan
menimpanya. Karin mencoba duduk dari tidurnya dan mulai membuka matanya.
Jantung Karin berdetak cepat, dia sadar jika dia baru saja terpeleset di tangga
dan jatuh kebawah. Tapi kenyataannya
sekarang dia berada di atas tempat tidur di kamarnya. Karin mengerjapkan
matanya, menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Dia merasakan ada
seseorang sedang berada di samping kiri ranjangnya saat ini. Namun Karin tak
mampu membuat kepalanya menoleh ke kanan, dia terlalu takut. Tangannya
gemetaran sambil menutup matanya yang basah karena air mata. Karin benar-benar
ketakutan.
“Putri..?” panggil suara
laki-laki itu. Karin masih tidak berani melepas tangan dari wajahnya. Dan lagi,
kenapa laki-laki ini memanggilnya Putri? Namanya kan Karin.
“ Putri, kau tidak perlu takut
padaku. Aku tidak berniat menyakitimu. Tenanglah Putri lihatlah aku sebentar
saja. “ suara itu sangat lembut dan membuat jantung Karin berdetak lebih
stabil. Karin mengumpulkan keberaniannya untuk melihat sosok yang mengeluarkan
suara se lembut itu. Ya itu memang suara laki-laki tapi Karin yakin dia
benar-benar bukan orang yang Karin kenal. Perlahan gadis itu membuka matanya
dan melihat seseorang yang berada di sampingnya itu.
Cahaya apa ini? Siapa laki-laki ini? Karin berhasil melihat dan
mengamati laki-laki itu sedang berdiri menghadapnya. Lelaki itu tinggi dan tubuhnya
sangat tegap dan bagus. Dan laki-laki itu memakai celana panjang dan kemeja
putih. Dan Oh Tuhan… Dia tampan sekali, benar-benar tampan. Wajahnya bercahaya
dan dia tersenyum kepada Karin, senyum yang sangat menawan. Jantung Karin yang
berdegup cepat sekarang berdegup dua kali lebih cepat dari yang sebelumnya.
Seakan seisi ruangan itu dipenuhi dengan suara degup jantung Karin yang sangat
keras. Karin masih melihat laki-laki tampan yang ada dihadapannya itu.
Sampai-sampai Karin melongo dan hampir meneteskan air liurnya. Laki-laki itu
masih tersenyum manis. Astaga.. dibalik punggungnya ada sayap. Layaknya sayap
burung merpati, putih bersih dan indah. Apakah
ini yang disebut malaikat? Tetapi jika aku bertemu malaikat apa tandanya aku
sudah mati sekarang? Atau ini cuma mimpi? Ya ini pasti mimpi.
Plak!Plak!Plak!
Karin menampar pipinya sendiri berharap dia bangun dari mimpi yang sebenarnya
indah itu. Tapi setelah ia membuka mata dia masih melihat lelaki tampan itu.
Itu tandanya bukan mimpi. Ini sungguhan. Kenyataan!
“ Putri ? Kenapa kau menyakiti
dirimu sendiri? Jangan lakukan itu lagi Putri .” larang laki-laki itu kepada
Karin sambil menggenggam tangan Karin menjauhkannya dari pipi Karin yang
bersemu merah. Warna merah itu gabungan antara hasil dari dia menampar pipinya
dan menahan rasa malu karena ada seseorang laki-laki tampan yang menggenggam
tangannya. Jantungnya berdebar kencang lagi.
“ Kau.. Siapa? Kenapa kau ada di
rumahku?” Tanya Karin dengan suaranya yang bergetar karena gugup. Laki-laki itu
tersenyum lalu menjabat tangan Karin.
“ Perkenalkan namaku Darlo, aku
malaikat yang bertugas menjagamu Putri. Tuhan mengirimku kemari untuk menjagamu
sepanjang hari.” Jelas laki-laki yang mengaku dirinya malaikat itu sambil
tersenyum lebar.
Malaikat Penjaga? Yang benar saja. Memangnya
sekarang aku berada di dunia khayalan apa? Tapi tunggu, tadi pagi Karin
memimpikan hal ini. Ada suara yang
sangat lantang memberitahunya bahwa dia akan mengirim seseorang untuk menjaga
Karin.
“
Jangan jangan mimpi semalam itu..” Karin menggantungkan kalimatnya.
“
Wah jadi pesannya sudah diterima oleh Putri? Baguslah kalau begitu aku tidak
perlu menjelaskan dengan detail kepadamu.” Kata Darlo.
“
Tunggu , pesan apa yang kau maksud?”
“
Mimpi Putri semalam, itu pesan yang di berikan Tuhan untuk Putri. Tuhan
menyampaikannya melalui mimpi. “ jelas Darlo dengan baik.
“
Oh jadi begitu.. “ Karin mulai paham akan keadaannya, namun masih banyak
pertanyaan memenuhi otaknya. Karin memandang Darlo, dan Darlo masih memasang
senyum manis di wajah tampannya. Jadi aku
punya malaikat penjaga? Karin berpikir keras, membuat raut wajahnya
berubah.
“
Ada apa Putri? Apakah ada sesuatu yang mengganjal dihatimu? Katakan saja
padaku, mungkin aku bisa membantumu.” Tanya Darlo sambil membungkukkan
badannya.
“
Apa ini semua sungguhan? Emm maksudku.. kau nyata? Atau ini semua hanya
khayalanku saja? Bagaimana bisa aku memiliki seorang malaikat penjaga? Kenapa
hanya aku yang punya? Dan bagaimana jika orang bertanya siapa kau nanti saat
mereka tau keberadaanmu, lalu..”
“
Hahahaha.. tenang Putri. Begini..” Darlo duduk diatas ranjang Karin dan
menghela nafasnya.
Karin
menunggu dengan penasaran. Duduknya dibuat senyaman mungkin sambil menunggu
Darlo menjawab pertanyaannya.
“
Putri dan aku adalah makhluk istimewa yang diciptakan oleh Tuhan. Didunia ini
ada beberapa manusia yang diberikan anugerah seorang malaikat penjaga. Mungkin kurang lebih ada 10 manusia
di seluruh dunia dan Putri memiliki
anugerah tersebut. Dan aku adalah malaikat yang special juga, karena ada
seseorang manusia yang bisa melihat keberadaanku di bumi yaitu Putri. Tak ada
seorangpun yang dapat melihatku, kecuali kau Putri. Jadi kau tidak perlu cemas,
jika kau sedang bersama seseorang dan kau bisa melihatku dengan jelas .. tenang
saja dia tidak bisa melihatku.” Jawab Darlo dengan santai.
“
emmm begitu. Lalu hari ini kau akan tidur dimana?” Tanya Karin polos
“
Hahahahahaha.. Putri putri.. aku bebas. Aku tidak diciptakan untuk tidur Putri.
Aku tidak bisa lelah ataupun mengantuk.”
“
Jadi apa kau akan 24 jam berada disampingku seperti ini?” Tanya Karin penasaran
“
Aku akan datang saat Putri butuh bantuan atau disaat Putri dalam bahaya. Aku
akan menolong Putri dengan kehendak Tuhan. Jika Tuhan tidak menghendaki, aku
tidak akan menggunakan kekuatanku untuk membantumu. Jadi aku akan membantu
untuk sesuatu yang baik bukan untuk sesuatu yang buruk. Putri paham kan
maksudku?” kata Darlo sambil menatap Karin.
“
Yah baguslah.. setidaknya aku memiliki privasi untuk ke kamar mandi atau tidur
. “ sahut Karin sambil menghela nafas. Darlo yang mendengar ucapan Karin hanya
tersipu malu.
Tiba-tiba
terdengar nada dering ponsel Karin. Dia mencari dari mana suara itu berasal,
dan Karin mendapatinya di balik selimutnya. Dia melihat sekilas nomor telepon
yang tidak dikenalinya. Karin menyentuh icon jawab di ponsel dan menempelkan
benda itu ke telinganya.
Karin : “ Halo. Siapa ini?
Penelpon : “ Karin, Ini aku Bela. Maaf aku
menggunakan ponsel ibuku untuk
Menelponmu. Pulsaku habis.
Karin : “ Oh ternyata kau Bela, aku
kira siapa. Ada apa Bela? Pagi-pagi begini
kau sudah meneleponku?”
Bela :
“ Hehehe.. iya iya maafkan aku. Begini aku baru saja dihubungi oleh
Clara, dia mengajak kita untuk pergi
bersama ke mall.
Karin : “ mmm…”
Bela : “Ah sudahlah, aku tahu
jawabanmu pasti tidak ,ya kan? Pasti
alasanmu adalah ‘ Aduh.. maafkan aku Bela aku
tidak bisa ikut,
Mamaku tidak memperbolehkan aku untuk pergi ke mall ’ . Begitu kan
yang akan kau bilang padaku? Aku sudah hafal
, aku menelponmu
bukan untuk mengajakmu sebenarnya. Karna
aku juga sudah tahu jika
kau akan menjawab seperti itu. Hanya saja
kau selalu menyuruhku
bilang kepadamu kemana aku akan pergi
bersama teman-teman,
makanya aku menelponmu.
Karin : “ Sudah cukup mengomelnya? Bukan
begitu aku tadi berpikir baju apa
yang akan aku gunakan untuk ke mall?”
Bela :
“ Hah?! Kau serius? Wah ini suatu keajaiban Tuhan. Bagaimana kau
bisa diizinkan keluar rumah minggu –
minggu begini?”
Karin : “ Nanti saja aku ceritakan
padamu disana.”
Bela : “ Baiklah . Sampai ketemu
disana jam 11, dandan yang cantik ya.
Karena Jimy akan ikut juga. See you !”
Sambungan telepon diputuskan. Tangan
Karin memegang dadanya dimana tempat jantungnya yang tiba – tiba berdegup cepat
saat Bela menyebut nama Jimy. Bibirnya tersenyum dan kepalanya mendongak keatas
menatap langit-langit kamarnya yang bergambar awan. Karin membayangkan
bagaimana serunya pergi ke mall bersama Jimy meskipun tidak pergi berdua. Karin
lupa jika ada yang menatapnya dengan bingung.
“ Ada apa Putri? Siapa yang
meneleponmu barusan?” Tanya Darlo. Pertanyaan Darlo justru membuat Karin
semakin bingung.
“ Ba..bagaimana kau tahu kalau ini
tadi adalah telepon? Bukannya kau berasal dari langit? Seharusnya kau tidak
tahu alat apa ini dan apa fungsinya kan?” Tanya Karin penasaran.
“ Aku kan sudah bilang Putri, aku
adalah malaikat yang istimewa. Aku berbeda dengan malaikat lainnya. Dan yang
pasti aku jauh lebih pintar daripada teman-temanku disana.” Jawab Darlo
menyombongkan diri.
“ Benarkah itu?”
“ Tentu saja Putri? Disana kami juga
belajar. Kami juga mempelajari apa yang sudah di temukan oleh manusia seiring
perkembangan zaman di bumi. Kami harus tahu itu semua, Putri. “
“
Hehe.. aku kan tidak begitu paham dengan masalah ‘kemalaikatan’mu itu.
Aku akan pergi ke mall bersama teman – temanku.” Kata Karin seraya bangkit dari
ranjangnya dan berjalan menuju cermin besar. Karin mematut wajahnya sambil
memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada satupun jerawat
di wajahnya yang licin itu. Dia berpikir dia harus tampil cantik dihadapan Jimy
nanti. Karin butuh mandi dengan sabun susu milik Mama, menggunakan body lotion
favoritnya, pelembab, bedak tabur, eyeliner, dan lip balm merah muda. Yah
sepertinya semua itu cukup untuk tampilan simple bertemu dengan Jimy. Seseorang
yang menurutnya sangat sempurna, ya sempurna di mata Karin.
Gadis itu menyukai Jimy saat mereka
berdua berada di kelas yang sama pada kelas 11. Dan betapa senangnya Karin saat
dia tahu dia satu kelas lagi dengan Jimy. Jimy laki-laki yang baik, dia sopan
dan juga pintar. Jimy juga memiliki wajah yang imut, dia juga mudah bergaul dan
tidak sedikit juga yang diam-diam naksir padanya. Sebenarnya Karin dulu sempat
menyerah untuk menyukai Jimy karena dia merasa tersaingi oleh gadis-gadis yang
jauh lebih dekat dengan Jimy, tetapi disaat yang tak terduga Jimy justru mulai
menunjukkan sikap manisnya kepada Karin. Seperti mengajak Karin se-payung
dengannya saat hujan, ikut duduk di meja yang sama saat di kantin atau terkadang
mengirim email dengan kata-kata yang dapat membuat Karin tersenyum bahagia.
Karin mengambil handuk lalu berjalan
menuju kamar mandi, dia menghentikan langkahnya dan memutar badannya.
“ em.. kau siapa namamu tadi ?”
Tanya Karin sambil garuk-garuk kepala. Malaikat itu berdiri dari ranjang dan
menatap Karin.
“ Darlo, namaku Darlo.. Putri.”
“ Oh iya, Darlo tolong kau keluar
dulu dari kamarku ya. Aku mau mandi dan ganti baju. Jadi tolong kau keluar dulu
ya.” Pinta Karin butuh privasi.
“ Baik Putri.” Jawab Darlo lalu
badannya tiba – tiba berkilau dan sayapnya mengembang. Tubuhnya menjadi ringan
dan mulai naik perlahan lalu menghilang di langit – langit kamar. Dia terbang
dan lenyap begitu saja. Ya aku sekarang
percaya jika dia memang malaikat.
(^_^)
Kamis, 04 Juni 2015
DIA ( Seseorang yang telah menghilang begitu saja dari pandanganku )
Mencoba mengingatnya kembali, hanya itu yang bisa ku lakukan saat ini. Membayangkan wajahnya yang dulu selalu menghiasi hari-hariku. Dia.
Terkadang aku hampir lupa wajahnya karena sudah bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu lagi. Tapi saat aku menutup mataku, Dia sangat terpampang jelas dalam ingatanku. Aku ingin melihatnya sekali lagi.
Jujur, dia memang bukan siapa-siapaku,bukan kekasih maupun sahabat. namun dia memiliki tempat yang khusus di hatiku. Sebuah ruangan kecil tertutup yang terang dan sejuk, tak ada yang bisa menempatinya kecuali Dia.
Aku sangat senang melihatnya, mendengarnya berbicara, membuat lelucon untukku yang sebenarnya tidak benar-benar lucu. Sampai lama kelamaan rasa ini butuh kepastian. Aku ingin tau bagaimana perasaannya terhadapku.
Dia adalah orang yang paling tertutup yang pernah kukenal, manusia paling kuno sampai-sampai dia tidak pernah menggunakan sosial media atau apapun di internet selain tugasnya. Entahlah awalnya aku bersikap biasa saja dengan perilakunya terhadap hal - hal yang baru, seperti sosial media , internet dan yang lainnya. Tapi akhirnya aku sadar dengannya yang seperti itu aku tidak bisa mencarinya dimana pun.
Waktu yang menjawab, terakhir kali aku bertemu dia, saat aku sedang berada di ruang guru untuk mengambil ijazahku. Dia menghampiriku , menepuk bahuku , tersenyum lalu pergi. Aku melihatnya tanpa berkedip, rasanya seperti ada perasaan, itu adalah pertemuan terakhirku bersamanya.
Dan benar saja, sampai saat ini pun mendengar kabarnya dari teman-teman saja aku tak pernah. Apa hanya aku yang merasakan ini? Apa teman-temanku yang lain tidak?
Aku mencoba mencarinya di internet, facebook, sampai-sampai aku mengoogle namanya pun, hasilnya tetap nihil. Kadang aku marah, Apa cuma dia satu-satunya orang di dunia ini yang buta akan kemajuan teknologi?
Entahlah.. Aku sudah lelah mencari sosoknya yang tak kunjung aku temukan.
Kini aku hanya bisa mengenangmu, dan semoga aku bisa bertemu lagi denganmu.
Suatu saat nanti.
Terkadang aku hampir lupa wajahnya karena sudah bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu lagi. Tapi saat aku menutup mataku, Dia sangat terpampang jelas dalam ingatanku. Aku ingin melihatnya sekali lagi.
Jujur, dia memang bukan siapa-siapaku,bukan kekasih maupun sahabat. namun dia memiliki tempat yang khusus di hatiku. Sebuah ruangan kecil tertutup yang terang dan sejuk, tak ada yang bisa menempatinya kecuali Dia.
Aku sangat senang melihatnya, mendengarnya berbicara, membuat lelucon untukku yang sebenarnya tidak benar-benar lucu. Sampai lama kelamaan rasa ini butuh kepastian. Aku ingin tau bagaimana perasaannya terhadapku.
Dia adalah orang yang paling tertutup yang pernah kukenal, manusia paling kuno sampai-sampai dia tidak pernah menggunakan sosial media atau apapun di internet selain tugasnya. Entahlah awalnya aku bersikap biasa saja dengan perilakunya terhadap hal - hal yang baru, seperti sosial media , internet dan yang lainnya. Tapi akhirnya aku sadar dengannya yang seperti itu aku tidak bisa mencarinya dimana pun.
Waktu yang menjawab, terakhir kali aku bertemu dia, saat aku sedang berada di ruang guru untuk mengambil ijazahku. Dia menghampiriku , menepuk bahuku , tersenyum lalu pergi. Aku melihatnya tanpa berkedip, rasanya seperti ada perasaan, itu adalah pertemuan terakhirku bersamanya.
Dan benar saja, sampai saat ini pun mendengar kabarnya dari teman-teman saja aku tak pernah. Apa hanya aku yang merasakan ini? Apa teman-temanku yang lain tidak?
Aku mencoba mencarinya di internet, facebook, sampai-sampai aku mengoogle namanya pun, hasilnya tetap nihil. Kadang aku marah, Apa cuma dia satu-satunya orang di dunia ini yang buta akan kemajuan teknologi?
Entahlah.. Aku sudah lelah mencari sosoknya yang tak kunjung aku temukan.
Kini aku hanya bisa mengenangmu, dan semoga aku bisa bertemu lagi denganmu.
Suatu saat nanti.
Rabu, 03 Juni 2015
Selasa, 20 Januari 2015
Darlo 01 ( siapa kau? )
Kau perlu seseorang untuk menjagamu
Menjagaku ? Memangnya ada apa denganku?
Ada sesuatu yang berbeda pada dirimu. Tapi aku tak bisa menjelaskannya padamu.
Ah.. aneh sekali. Lalu kau sendiri siapa? Aku saja tidak mengenalmu.
Sudahlah aku akan mengirim seseorang untuk menjagamu.
Hei hei tunggu dulu jangan pergi begitu saja , kau yang membawaku kemari.. Hei !
Aaaaaaaaaaaahhhhh……!!!!!!
“Aduh! Kepalaku sakit sekali. Apa yang terjadi?” Karin pelan-pelan membuka matanya. Dengan sangat berhati-hati melihat apa yang ada dihadapannya.
Tidak ada apa-apa. Tapi kenapa sepertinya ada yang memandangi diriku. Ah sudahlah. Karin bergegas bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Gadis itu membasuh wajah dan gosok gigi, tiba-tiba pikirannya jadi tidak enak karena mimpi yang baru saja menimpa dirinya. Mimpi macam apa itu. Ini hari Minggu, padahal Karin punya niat untuk bangun agak siang, tapi gara-gara mimpi sial itu Karin terbangun.
“ Karinaaa.. Karinaaaa… turunlah kemari !” panggil Mama dari bawah mengagetkan Karin yang sedang menggosok gigi. Dengan setengah berteriak dia membalas panggilan mamanya.
“ Iya Ma.. sebentar..!” Karin masih menyelesaikan cuci mukanya, lalu bergegas keluar kamar untuk menemui Mama. Gadis itu berjalan menuruni anak tangga yang lumayan jauh. Mama Karin sedang berada di kamarnya menata baju-bajunya untuk di masukkan ke dalam koper. Mama akan pergi keluar kota bersama Papa untuk urusan pekerjaan. Mereka berdua bekerja bersama. Sedangkan Karin adalah anak satu-satunya di keluarga itu.
Karin menemui wanita cantik paruh baya itu, dan menggandeng tangannya. Mama yang melihat tingkah Karin segera mengusap rambut lurus anaknya itu. Mata Karin melihat-lihat semua barang yang akan di bawa Mama ke luar kota tergeletak di atas tempat tidur mama. Mulai dari pakaian, jaket, perlengkapan mandi, dan berkas-berkas pekerjaan Mama. Sepertinya Mama akan pergi lumayan lama, banyak sekali pakaian yang di bawa.
“ Berapa lama Mama akan menginap?”
“ Kurang lebih satu minggu, memangnya ada apa? Kau tidak keberatan kan tinggal sendirian dalam seminggu ini? “ Tanya mama agak khawatir.
“ Jelas tidak lah ma, apa yang harus aku takutkan? Tidak ada hantu dirumah ini. Sudahlah Mama tidak perlu mencemaskanku, aku kan anak mu yang paling pemberani.” Kata Karin sambil berkacak pinggang.
“ Baiklah kalau begitu, Mama juga sudah membelikan semua kebutuhan untuk satu minggu kedepan jadi kau tidak perlu ke supermarket untuk membeli lagi.”
“Jadi, Mama sudah belanja? Seharusnya Mama tidak usah belanja, aku kan ingin membeli barang-barang sendiri ke supermarket. “
“ Tidak boleh ! Bahaya jika kau pergi sendiri kesana. “ larang Mama pada gadis polos itu. Karin hanya cemberut melihat sikap Mamanya. Ya, Mama Karin memang over protektif kepadanya saat dia masih kecil sampai kini di usianya yang akan menginjak 17 tahun. Kadang Karin merasa iri kepada teman-temannya yang bisa keluar rumah, pergi bersama kapan saja. Sementara Karin harus dirumah membayangkan mereka disana sedang bersenang-senang, dan besoknya di sekolah Karin seperti wartawan yang sangat intens menanyakan setiap aktivitas yang temannya lakukan tanpa dirinya.
“ Jangan lupa 2 hari sekali Bibi Jo akan datang kemari untuk membersihkan rumah. “ tambah Mama
“ Baik .” jawab Karin malas-malasan
“ Sayang, kau sudah siap? Waktunya kita berangkat ! “ suara Papa menyadarkan mereka berdua.
“ Sudah. Karin.. Mama dan Papa berangkat dulu ya, kamu hati-hati di rumah.” Kata Mama sambil mengusap bahu Karin dengan cepat. Dan mereka semua berjalan menuju halaman rumah tempat Papa memarkir mobilnya.
“ Iya Ma,Pa hati-hati di jalan.” Teriak Karin saat melihat Mama dan Papanya masuk ke dalam mobil. Mobil sedan putih itu mulai bergerak perlahan meninggalkan halaman rumah Karin yang luas. Di dalam mobil masih terlihat Mama melambaikan tangannya ke arah Karin. Dan akhirnya mereka semakin menjauh dari pandangan Karin dan lenyap di persimpangan. Itu artinya Karin sendirian di rumah.
Karin melangkahkan kakinya ke arah pagar besi tinggi dan mendorongnya ke samping untuk menutup dan menguncinya. Hari ini dia bisa bersantai dirumah dengan puas. Sudah dari kemarin dia merencanakan apa yang akan dilakukannya dirumah sendirian. Mungkin Karin akan memutar CD favoritnya yang berisi kumpulan lagu-lagu K-Pop sambil menari di depan layar televisi, membuat masakan hasil eksperimen yang sudah pasti setelah Karin mencicipinya akan dia muntahkan, atau bermain alat make up Mama yang di simpan dirumah lalu memotret wajahnya sendiri dan meng-uploadnya di media social.
Karin menutup pintu rumahnya perlahan. Dan.. Zzzzzzrrrrrrrrrtt…!!! Dia menoleh dengan cepat. Suara apa itu tadi? Tak ada siapapun. Mungkin hanya angin. Karin membatin sambil melirik kanan kiri, dia tidak pernah bertingkah seperti ini dirumah walau se-sepi apapun keadaan rumahnya. Memang dari tadi pagi Karin merasa ada yang aneh dengan sekitarnya. Seakan ada yang mengikutinya diam-diam.
Zrrrrrrrrrrrrrrrttt…! Suara itu terdengar lagi. Karin semakin panik, dia melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju tangga dan dia mulai menaikinya dengan dengan tergesa-gesa. Karin takut suara aneh itu datang kembali. Karin mempercepat langkahnya menaikki anak tangga yang cukup banyak. Dan…
“ Putri….?? “
Hah ! Karin sontak kaget mendengar suara laki-laki ada di rumahnya. Dia menutup matanya rapat-rapat sambil memegang kuat besi pegangan tangga. Suara itu berasal dari atas. Karin tak berani mendongak ataupun melihatnya. Dia takut jika itu benar-benar hantu atau seseorang yang ingin menjahatinya. Karin mengatur nafasnya dan memberanikan diri untuk membuka mata pelan-pelan. Dia mulai melihat samping kanan dan kirinya. Tak ada apapun. Lalu mencoba untuk melihat kebawah, juga tak ada siapapun. Dan pada akhirnya Karin mengangkat kepalanya keatas. Dan dia melihat cahaya yang terang sekali disana.
“ Putri? Kau tidak apa-apa?” Suara itu, suara laki-laki itu membuat hatinya jengkel sekaligus ketakutan. Siapa dia berani-beraninya ada di dalam rumahku. Karin menyipitkankan matanya untuk melihat lebih jelas siapa orang dibalik kemilau cahaya itu. Samar-samar dia melihat bayangan laki-laki sedang berdiri tegak melihat kearahnya. Tunggu siapa dia? Lelaki itu memakai baju serba putih, tapi Karin belum bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. Karin memundurkan kakinya dia gemetaran. Sekujur tubuhnya kaku melihat seseorang yang aneh tiba-tiba muncul dihandapannya. Karin ingin turun dan berlari mencari pertolongan di luar rumah sebelum… Sreet ! Bugh ! Karin terpeleset dan pingsan.
~ to be continued ~ :v
Menjagaku ? Memangnya ada apa denganku?
Ada sesuatu yang berbeda pada dirimu. Tapi aku tak bisa menjelaskannya padamu.
Ah.. aneh sekali. Lalu kau sendiri siapa? Aku saja tidak mengenalmu.
Sudahlah aku akan mengirim seseorang untuk menjagamu.
Hei hei tunggu dulu jangan pergi begitu saja , kau yang membawaku kemari.. Hei !
Aaaaaaaaaaaahhhhh……!!!!!!
“Aduh! Kepalaku sakit sekali. Apa yang terjadi?” Karin pelan-pelan membuka matanya. Dengan sangat berhati-hati melihat apa yang ada dihadapannya.
Tidak ada apa-apa. Tapi kenapa sepertinya ada yang memandangi diriku. Ah sudahlah. Karin bergegas bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Gadis itu membasuh wajah dan gosok gigi, tiba-tiba pikirannya jadi tidak enak karena mimpi yang baru saja menimpa dirinya. Mimpi macam apa itu. Ini hari Minggu, padahal Karin punya niat untuk bangun agak siang, tapi gara-gara mimpi sial itu Karin terbangun.
“ Karinaaa.. Karinaaaa… turunlah kemari !” panggil Mama dari bawah mengagetkan Karin yang sedang menggosok gigi. Dengan setengah berteriak dia membalas panggilan mamanya.
“ Iya Ma.. sebentar..!” Karin masih menyelesaikan cuci mukanya, lalu bergegas keluar kamar untuk menemui Mama. Gadis itu berjalan menuruni anak tangga yang lumayan jauh. Mama Karin sedang berada di kamarnya menata baju-bajunya untuk di masukkan ke dalam koper. Mama akan pergi keluar kota bersama Papa untuk urusan pekerjaan. Mereka berdua bekerja bersama. Sedangkan Karin adalah anak satu-satunya di keluarga itu.
Karin menemui wanita cantik paruh baya itu, dan menggandeng tangannya. Mama yang melihat tingkah Karin segera mengusap rambut lurus anaknya itu. Mata Karin melihat-lihat semua barang yang akan di bawa Mama ke luar kota tergeletak di atas tempat tidur mama. Mulai dari pakaian, jaket, perlengkapan mandi, dan berkas-berkas pekerjaan Mama. Sepertinya Mama akan pergi lumayan lama, banyak sekali pakaian yang di bawa.
“ Berapa lama Mama akan menginap?”
“ Kurang lebih satu minggu, memangnya ada apa? Kau tidak keberatan kan tinggal sendirian dalam seminggu ini? “ Tanya mama agak khawatir.
“ Jelas tidak lah ma, apa yang harus aku takutkan? Tidak ada hantu dirumah ini. Sudahlah Mama tidak perlu mencemaskanku, aku kan anak mu yang paling pemberani.” Kata Karin sambil berkacak pinggang.
“ Baiklah kalau begitu, Mama juga sudah membelikan semua kebutuhan untuk satu minggu kedepan jadi kau tidak perlu ke supermarket untuk membeli lagi.”
“Jadi, Mama sudah belanja? Seharusnya Mama tidak usah belanja, aku kan ingin membeli barang-barang sendiri ke supermarket. “
“ Tidak boleh ! Bahaya jika kau pergi sendiri kesana. “ larang Mama pada gadis polos itu. Karin hanya cemberut melihat sikap Mamanya. Ya, Mama Karin memang over protektif kepadanya saat dia masih kecil sampai kini di usianya yang akan menginjak 17 tahun. Kadang Karin merasa iri kepada teman-temannya yang bisa keluar rumah, pergi bersama kapan saja. Sementara Karin harus dirumah membayangkan mereka disana sedang bersenang-senang, dan besoknya di sekolah Karin seperti wartawan yang sangat intens menanyakan setiap aktivitas yang temannya lakukan tanpa dirinya.
“ Jangan lupa 2 hari sekali Bibi Jo akan datang kemari untuk membersihkan rumah. “ tambah Mama
“ Baik .” jawab Karin malas-malasan
“ Sayang, kau sudah siap? Waktunya kita berangkat ! “ suara Papa menyadarkan mereka berdua.
“ Sudah. Karin.. Mama dan Papa berangkat dulu ya, kamu hati-hati di rumah.” Kata Mama sambil mengusap bahu Karin dengan cepat. Dan mereka semua berjalan menuju halaman rumah tempat Papa memarkir mobilnya.
“ Iya Ma,Pa hati-hati di jalan.” Teriak Karin saat melihat Mama dan Papanya masuk ke dalam mobil. Mobil sedan putih itu mulai bergerak perlahan meninggalkan halaman rumah Karin yang luas. Di dalam mobil masih terlihat Mama melambaikan tangannya ke arah Karin. Dan akhirnya mereka semakin menjauh dari pandangan Karin dan lenyap di persimpangan. Itu artinya Karin sendirian di rumah.
Karin melangkahkan kakinya ke arah pagar besi tinggi dan mendorongnya ke samping untuk menutup dan menguncinya. Hari ini dia bisa bersantai dirumah dengan puas. Sudah dari kemarin dia merencanakan apa yang akan dilakukannya dirumah sendirian. Mungkin Karin akan memutar CD favoritnya yang berisi kumpulan lagu-lagu K-Pop sambil menari di depan layar televisi, membuat masakan hasil eksperimen yang sudah pasti setelah Karin mencicipinya akan dia muntahkan, atau bermain alat make up Mama yang di simpan dirumah lalu memotret wajahnya sendiri dan meng-uploadnya di media social.
Karin menutup pintu rumahnya perlahan. Dan.. Zzzzzzrrrrrrrrrtt…!!! Dia menoleh dengan cepat. Suara apa itu tadi? Tak ada siapapun. Mungkin hanya angin. Karin membatin sambil melirik kanan kiri, dia tidak pernah bertingkah seperti ini dirumah walau se-sepi apapun keadaan rumahnya. Memang dari tadi pagi Karin merasa ada yang aneh dengan sekitarnya. Seakan ada yang mengikutinya diam-diam.
Zrrrrrrrrrrrrrrrttt…! Suara itu terdengar lagi. Karin semakin panik, dia melangkahkan kakinya cepat-cepat menuju tangga dan dia mulai menaikinya dengan dengan tergesa-gesa. Karin takut suara aneh itu datang kembali. Karin mempercepat langkahnya menaikki anak tangga yang cukup banyak. Dan…
“ Putri….?? “
Hah ! Karin sontak kaget mendengar suara laki-laki ada di rumahnya. Dia menutup matanya rapat-rapat sambil memegang kuat besi pegangan tangga. Suara itu berasal dari atas. Karin tak berani mendongak ataupun melihatnya. Dia takut jika itu benar-benar hantu atau seseorang yang ingin menjahatinya. Karin mengatur nafasnya dan memberanikan diri untuk membuka mata pelan-pelan. Dia mulai melihat samping kanan dan kirinya. Tak ada apapun. Lalu mencoba untuk melihat kebawah, juga tak ada siapapun. Dan pada akhirnya Karin mengangkat kepalanya keatas. Dan dia melihat cahaya yang terang sekali disana.
“ Putri? Kau tidak apa-apa?” Suara itu, suara laki-laki itu membuat hatinya jengkel sekaligus ketakutan. Siapa dia berani-beraninya ada di dalam rumahku. Karin menyipitkankan matanya untuk melihat lebih jelas siapa orang dibalik kemilau cahaya itu. Samar-samar dia melihat bayangan laki-laki sedang berdiri tegak melihat kearahnya. Tunggu siapa dia? Lelaki itu memakai baju serba putih, tapi Karin belum bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu. Karin memundurkan kakinya dia gemetaran. Sekujur tubuhnya kaku melihat seseorang yang aneh tiba-tiba muncul dihandapannya. Karin ingin turun dan berlari mencari pertolongan di luar rumah sebelum… Sreet ! Bugh ! Karin terpeleset dan pingsan.
~ to be continued ~ :v
Senin, 27 Januari 2014
Family Story
Keluargaku Tercinta
“Pril .. April bangun dek, katanya
hari ini kamu minta dibangunkan agak pagi.Ayo dek bangun .”
Suara Mama yang lembut membuatku
bangun dengan wajah senang. Nggak tau kenapa saat bangun pagi Cuma suara Mama
yang bisa bikin aku bangun. Sekeras-kerasnya suara alarm yang aku pasang di
handphone tetep nggak ada efeknya buat aku. Padahal suara Mama nggak pernah
keras.
“iya Ma .. I’m coming…” jawabku dari
dalam kamar.
Kamarku
nggak jauh dari dapur tempat Mama memanggilku, sedangkan kamar Kakakku ada di
depan .Dulu aku dan Kakak tidur satu kamar dengan tempat tidur tingkat, tapi
sekarang aku sudah remaja , aku ingin tidur di kamarku sendiri. Kamarku pun sudah terlihat layaknya kamar seorang
gadis remaja.
Hari
ini aku ingin di bangunkan lebih pagi karena akan ada gladi bersi untuk acara
pensi lusa. Di acara pensi itu aku dan teman-teman akan tampil untuk
menyanyikan sebuah lagu. Aku suka bernyanyi , tidak hanya aku Mama,Papa dan
Kakak pun suka bernyanyi.Terkadang kami berempat karaokean di rumah. Itu
menyenangkan sekali bagiku.Sekeluarga berkumpul bersama di depan televisi.
Banyak hal yang dapat dilakukan bersama keluarga.
Malah sekarang ini aku merasa agak
menjauh dari keluarga karena kegiatan pensi ini. Selain tampil bernyanyi , aku
sebagai wakil kelas yang menggantikan ketua kelas yang izin tidak masuk selama
3 hari saat pensi membuatku semakin sibuk dengan membantu teman-temanku yang
lain menyiapkan keperluan pensi untuk kelas kami. Belum lagi tugas-tugas yang
terlupakan saat mengurusi pensi. Huh.. rasanya kepalaku mau pecah. Bagaimana
tidak , kelasku di percaya untuk menjadi penampil terbaik. Ada yang tampil
untuk bernyanyi, menari, membaca puisi , bahkan bermain teater. Dan hari ini
aku harus membantu temanku yang mendapatkan bermain teater untuk membuat
dekorasi.
“Ma..nanti aku pulang telat lagi ya.
Ada rapat pengurus kelas yang aku harus ikut, terus juga aku mesti beli barang
sama Nanda buat kelompok teater.Boleh kan Ma?” tanyaku pada Mama sambil
menyendok nasi goreng bikinan Mama.
“ Wah berarti nanti kamu nggak bisa
nemenin Mama belanja ke pasar dong?” kata Mama sambil balas bertanya.
“ Iya Ma gimana dong , aku nggak
bisa kalo nggak ikut Ma.” Jawabku dengan wajah memelas.
“Iya deh nggak papa nanti Mama sama
Kakak aja ke pasarnya.”
“ Oke Ma. Tumben dek akhir-akhir ini
kamu sibuk banget kayak orang penting aja.” Tanya Kakak sambil mengunyah nasi.
“Iya dong , aku kan wakil kelas dan
apalagi ketua kelasnya lagi izin jadi harus aku yang ngurusin semuanya.”
Jawabku dengan setengah sombong
“ Hahaha sombong kamu.”
“ Ya udah ya Ma aku berangkat
dulu.Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.” Jawab Mama dan
Kakak bersamaan.
Hari ini aku nggak berangkat bareng
Papa karena Papa lagi ada kerjaan di luar kota. Jadi sekarang aku berangkat
sekolah naik angkot.Yah nggak papa lah itung-itung amal sama tukang angkot. Jam
pelajaran pertama udah dimulai , seperti biasa di hari Sabtu pelajaran nggak
banyak dan lumayan gampang. Tapi aku baru ingat kalo aku nggak bawa catatan
penting buat pensi yang harus aku kumpulkan ke wali kelas. Aku lupa buku itu
aku taruh di atas meja belajarku tadi malam. Aduh.. gimana nih. Catatan itu
harus aku ambil sebelum bel pulang nanti. Tapi kan nggak bakal keburu. Atau aku
telepon Mama aja, mungkin aja Mama bisa antar buku itu kesekolah. Tapi Mama kan
nggak bisa naik motor , masa’ Mama harus naik angkot juga sih sama kaya aku?
Aduh , aku coba hubungi Mama dulu deh.
Tuut
..tuut..tuut
“Halo
Mama? Ma buku catetan aku yang warna biru ketinggalan di meja belajar.Aku lupa
bawa tadi .Padahal nanti harus aku kumpulkan ke Bu Siti .Mama bisa nganter
nggak? Ha. Iya. Beneran Ma nggak papa? Yaudah makasih ya Ma.” Obrolanku sama
Mama berhenti di telepon. Jam istirahat udah berhenti dan aku harus nungguin
Mama di kelas sambil mikirin gimana cara Mama sampek ke sekolahku. Kasihan Mama
, Mama harus naik angkot panas-panas gini ke sekolah terus jalan dari turunnya
angkot ke sekolah kan lumayan jauh. Aduh aku bodoh banget ceroboh gitu. Malah
bikin Mama yang repot, Mama kan juga ada pesanan masakan dirumah yang harus
dikerjakan.Gara-gara aku Mama jadi ninggalin kerjaannya buat nganterin buku
catatanku.
Aku mulai sadar beberapa hari ini
aku udah jarang ngobrol lama sama Mama dan Kakak, terutama Kakak. Biasanya
pulang sekolah aku main laptop bareng Kakak, tapi karena sibuk mengurusi pensi
dan segala macamnya aku jadi nggak pernah ke kamar Kakak. Begitu juga sama Mama
, kalau sore aku nemenin Mama ke pasar buat belanja bahan makanan. Dan malamnya
pun aku sering nggak ikut makan malam bareng Mama,Papa dan Kakak. Mungkin emang
aku yang salah , aku terlalu tenggelam sama kesibukanku dan lupa sama
keluargaku yang selalu ada buatku.
Nggak kerasa udah hampir jam pulang
sekolah, tapi Mama belum datang juga. Biarlah nggak penting sekarang catatannya
yang penting Mama sampai sekolahku dan aku ingin minta maaf ke Mama karena aku
udah keterlaluan akhir-akhir ini sama Mama. Rasanya aku ngelupain keluargaku
gara-gara pensi. Aku nggak mau jadi anak yang lupa sama keluarga besok kalau
aku sudah kerja, aku nggak mau seperti itu. Aku masih menunggu di depan gerbang
sekolah menunggu Mama sampai dari sampingku terdengar suara lembut yang
seketika membuat rasa cemasku hilang. Mama !
“Mama..! “ teriakku sambil langsung
memeluk Mama. Mama yang baru datang jelas kaget dengan perlakuanku.
“ Eh kenapa dek? Aduh Mama telat ya
nganternya. Pasti kamu dimarahin sama Wali kelasmu ya. Hei kenapa kamu?” Tanya
Mama ketakutan saat aku mulai terisak.
“Aku nggak dimarahin kok Ma, aku
Cuma cemas sama Mama , soalnya Mama lama banget datangnya. Maaf ya Ma.” Jawabku
sambil menghapus air mataku dengan punggung tanganku.
“ Oh tadi Mama sempet beliin makanan
buat kamu nih, katanya kamu nanti pulang telat jadi kamu kan nggak makan siang
dirumah.Nih dibawa .” kata Mama
Mendengar kata-kata Mama aku makin
nggak bisa nahan air mataku lagi. Begitu ternyata, Mama datang agak lama karena
membelikanku makanan karena aku nggak makan dirumah. Mama, aku jahat sekali
padamu.
“ Mama maafin April ya Ma, aku akhir-akhir
ini jarang ngumpul sama Mama dan Kakak. Aku juga sering ngelupain Mama, nggak
pernah nemenin Mama ke pasar lagi gara-gara aku sok sibuk sama
tugas-tugasku.Tapi Mama tetep peduli sama aku, Maafin aku ya Ma. Maaf..” begitu
permintaan maafku ke Mama. Mama hanya tersenyum menanggapi omonganku. Matanya menerawang
jauh di dalam hatiku. Seakan benar-benar mengerti perasaanku.
“ hmm.. Mama nggak papa kok. Mama
tau kamu lagi sibuk mama bisa ngerti, udah jangan nangis lagi ya. Kamu nggak
malu apa dilihat temen-temen kamu?” kata Mama sambil menunjuk beberapa temanku
yang keluar gerbang sekolah sambil memandangiku.
“ Biarin aja aku nggak mau ikut
rapat aku mau pulang bareng Mama aja.”
“ya nggak bisa dong kamu itu wakil
kelas, kamu harus ikut rapat itu demi kelasmu. Lagian Mama bisa pulang bareng
Kakak kok. Mama akan telepon Kakak buat ngejemput Mama disini.Ini bukumu. Udah
kamu masuk aja sana. Jangan lupa dimakan ya rotinya.” Kata Mama dengan
memberikan buku dan roti padaku.
“terus kalau aku masuk Mama disini
sama siapa ?” tanyaku polos
“ aduh ini anak , disini kan banyak
orang memangnya Mama anak kecil apa, udah sana cepetan masuk , Mama kan malu
diliatin temen-temen kamu, udah sana .” jawab mama agak sebel sama aku.
“ hehehe dadah Ma.. I Love You..” teriakku
sambil masuk ke sekolah lagi.
Mama yang ada diluar Cuma
senyum-senyum aja diliatin anak-anak dan security sekolahku. Biarlah aku lega
sudah minta maaf sama Mama. Nanti malam aku ingin makan malam bersama Mama dan
Kakak ah.
#######
Hari ini adalah hari diadakannya
Pensi itu hari Minggu jam 3 sore di aula sekolahku. SMP Hang tuah 1 Surabaya.
Aku sudah datang dari jam 11 untuk mempersiapkan semuanya dekorasi panggung,
kostum penari ,penyanyi dan teater dan yang lainnya. Banyak teman-teman yang
membantuku. Dan saat yang kutunggu-tunggu datang yaitu saat penampilanku dan
kelompokku bernyanyi. Lebih seperti paduan suara menurutku. Di saat aku menaiki
panggung Pensi aku melihat sekeliling penonton. Banyak orang , guru murid-murid
lain dan orangtua murid. Tunggu dulu dimana Keluargaku? Apa mereka tidak ingin
melihatku tampil bernyanyi di atas panggung? Huh menyebalkan sekali..
Tapi siapa 3 orang yang membawa kue
itu? Apa itu Papa? Yah dia mirip Papa tapi kenapa mengenakan pakaian seperti
itu? Itu juga ada Mama dan Kakak. Ah sudahlah aku harus mulai bernyanyi dan
fokus pada lagu yang kunyanyikan. 5 menit kemudian laguku selesai . Aku dan
teman-teman turun dari panggung. Dan aku mencari keluargaku. Mereka ada di
pojok ruangan . Apa yang mereka lakukan ? Aku mulai menghampiri mereka dan
ternyata..
“ Selamat ulang tahun April..”
Seketika jantungku berdetak 2 kali
lebih cepat, bagaimana tidak. Aku lupa jika ini hari ulang tahunku. Aku terlalu
sibuk dengan pensi dan tugas-tugasku. Ya Tuhan terima kasih kau telah
memberikanku keluarga yang sangat menyayangiku. Aku berjanji akan menjaga
mereka dengan baik. Hari ini tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku.
Selesai.
Langganan:
Postingan (Atom)